Politik

Seorang teman di grup WhatsApp tiba-tiba saja keluar dari grup. Iseng saya bertanya mengapa ia keluar?. Ternyata ia muak dengan dengan postingan-postingan anggota grup yang berbau politik. Beberapa temannya di grup itu merasakan hal yang sama.

Admin sudah menegur, namun tak digubris. Karena mau “menendang” ada perasaan sungkan, admin pun membikin grup baru tanpa menyertakan yang bersangkutan.

KIsah bubarnya pertemanan akibat perbedaan pilihan politik tak hanya menyerang grup-grup WA saja. di Media lain tindakan serupa juga muncul. Beruntung jika hanya pertemanan yang jadi korban. La kalau nyawa?

Seperti yang terjadi di Sampang, Madura, pada medio November 2018. Berawal dari cekcok di dunia maya, dua pendukung kubu capres terlibat pertarungan fisik yang berujung pada penembakan salah satu di antara mereka. Boleh jadi pertengkaran hebat mereka bukan karena beda pilihan presiden tapi karena hina menghina yang akhirnya membawa ke pertengkaran fisik.

padahal kalau kita melihat di tataran atas, para eliterukun-rukun saja. Seperti pada aksi rangkulan di perhelatan Asian Games Agustus silam.

Ada baiknya kita merenungkan cerita dari buku Animal Farm karya Eric Arthur Blair atau yang lebih dikenal dengan nama George Owell. Sastra politik dengan setting dunia binatang ini mengajarkan bahwa politik hanyalah soal perebutan kekuasaan. Rakyat dan masalahnya hanya menjadi tangga menuju kekuasaan.

Selamat memilih

Sumber: Intisari Nomor 679 Bulan April 2019. Hal. 146)