Di Balik Kesuksesan

Dahulu kala ada seorang bocah Jepang. Otaknya tidak cemerlang. Sering sakit-sakitan, dan wajahnya pun tidak tampan. Di kelas duduknya di belakang, jauh dari pandangan guru.

Namanya Soichiro. Hobinya menunggui ayahnya yang membuka bengkel reparasi mesin pertanian, di Desa Kamyo, Distrik Shizuko, Jepang. Pada usia 8 tahun dia rela mengayuh sepeda 14 km hanya untuk melihat pesawat terbang.

Menginjak usia 15 tahun Soichiro tak melanjutkan sekolah dan bekerja di bengkel mesin di Hart Shokai Company. Karena rajin dan teliti, 6 tahun kemudian dia di pasrahi sebuah cabang untuk dikelola.

Bengkel pimpinan Soichiro maju pesat. Tapi dirinya tidak puas dan pilih keluar untuk mendirikan bengkel sendiri yang memproduksi ring piston.

Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota karena dianggap tidak memenuhi standar. Dia pun dicibr teman-temannya. Saking sedihnya Soichiro jatuh sakit.

Setelah sembuh, pria ulet ini memutuskan kuliah untuk mencari pengetahuan guna menajamkan karyanya. Baru dua tahun kuliah dia sudah keluar. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya.”Ujar Soichiro berfilosofi.

Setelah itu Soichiro memcoba beberapa usaha lain. Berkali-kali mencoba selalu kandas.

Pada tahun 1947 kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Soichiro berada di titik nadir. Dia sampai menjual mobilnya untuk memberi makan keluarganya. Dalam keadaan terdesak dia memasang motor kecil di sepeda. Siapa sangka, “speda motor’-nya ini diminati para tetangga. Laku keras sampai kehabisan stok.

Sejak itu Soichiro membangun pabrik motor yang kemudian terus membesar hingga merambah pabrik mobil. Kini produknya bertebaran di mana-mana, termasuk Indonesia, menyaingi Toyota.

Soichiro Honda, demikianlah nama lengkap Soichiro yang kemudian melegenda sebagai Founding father salah sat perusahaan otomotif terbesar di dunia.

“Orang hanya melihat saya dari sisi kesuksesan. Padahal itu hanya 1% dari perjalanan saya sementara 99 % lainnya kegagalan,” ucap Sochiro.

(Dikutip dari Intisari No 660. Bulan September 2017 hal. 178)